Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan suatu momentum yang selalu kita rayakan setiap tahun di bulan rabiul awwal. Perayaan tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara seperti membaca maulid al barzanji, ad-diba'i, kajian-kajian sejarah nabi dan lainnya. Ada beberapa pendidikan yang bisa kita petik dari maulid nabi sebagai berikut:
PERTAMA, PENDIDIKAN SEJARAH DAN KETELADANAN. Maulid adalah momentum emas untuk kembali menapaktilasi jejak hidup Nabi Muhammad SAW. Dengan mempelajari sirah nabawiyah, kita tidak hanya mengetahui kronologi sejarah, tetapi juga menyelami kepribadian agung Rasulullah. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31)
Ayat ini menegaskan bahwa cinta kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk ittiba’ (mengikuti) Nabi. Maulid menjadi sarana untuk memperbarui niat dan komitmen kita dalam meneladani akhlak beliau, baik dalam urusan ibadah, muamalah, maupun dakwah.
Dalam Hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Nabi, beliau menjawab, “Akhlaknya adalah Al-Qur’an.” Jawaban ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci, melainkan cetak biru akhlak Nabi yang harus kita contoh.
KEDUA, PENDIDIKAN SPIRITUAL. Perayaan maulid seringkali identik dengan pembacaan shalawat. Shalawat bukan sekadar dzikir lisan, melainkan manifestasi cinta dan kerinduan kita kepada Nabi. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Artinya: “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)
Pendidikan spiritual dalam maulid mengajak kita untuk membangun koneksi emosional dan spiritual yang kuat dengan Nabi. Dengan bershalawat, kita tidak hanya memohon rahmat Allah bagi beliau, tetapi juga secara tidak langsung memperkuat hati kita untuk mencintai dan merindukan sosoknya. Perasaan ini akan mendorong kita untuk lebih tekun dalam menjalankan sunnah-sunnah beliau, dari hal kecil seperti cara makan hingga akhlak besar seperti memaafkan.
KETIGA, PENDIDIKAN SOSIAL. Maulid adalah momen untuk merenungkan kembali bagaimana Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Madinah yang multikultural, inklusif, dan berkeadilan. Beliau bukan hanya seorang nabi, tetapi juga seorang pemimpin, diplomat, dan guru peradaban. Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
Ayat ini menegaskan universalitas risalah Nabi. Peringatan maulid mengajarkan kita pentingnya rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) dalam kehidupan sehari-hari. Kita diajarkan untuk bersikap adil kepada semua orang, tanpa memandang suku, ras, atau agama. Beliau mengajarkan kita untuk menjadi agen perdamaian, bukan perpecahan. Pendidikan ini sangat relevan di era modern yang rentan terhadap konflik dan intoleransi.
KEEMPAT, PENDIDIKAN INTELEKTUAL. Risalah pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk “Iqra'” (Bacalah). Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dalam maulid, kita harus meneladani semangat keilmuan Nabi yang selalu mendorong umatnya untuk menuntut ilmu.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Maulid bisa menjadi forum intelektual, di mana kita tidak hanya mendengarkan ceramah inspiratif, tetapi juga mendalami fikih, tafsir, dan hadis. Dengan demikian, maulid tidak hanya menjadi perayaan emosional, tetapi juga penguatan fondasi intelektual keislaman kita. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para cendekiawan Muslim, peradaban Islam dibangun di atas pilar ilmu, dan semangat ini harus terus hidup dalam perayaan maulid.
Untuk itu, peringatan maulid harus diakhiri dengan aksi nyata. Bukan sekadar meramaikan acara, tetapi mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan maulid sebagai resolusi spiritual dan intelektual untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mari kita jadikan peringatan ini sebagai pengingat bahwa cinta kepada Nabi bukan hanya di lisan, tetapi diwujudkan dalam setiap langkah, ucapan, dan perbuatan. Dengan begitu, maulid akan benar-benar menjadi momentum kelahiran kembali semangat Islam yang agung dalam diri kita.
Download disini