اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ
الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ
شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ
Daya tahan keluarga perlu dibangun melalui jalur Agama. Memahami agama bukan hanya mengenal halal-haram, atau tata cara ibadah-ibadah wajib saja, melainkan juga diperlukan pengajaran pada pendalaman nilai-nilai ajaran yang dibawa oleh Agama.
Untuk lebih mengetahui nilai-nilai ajaran itu, manusia harus belajar, melakukan pengkajian agama melalui majlis ta’lim, majelis pengajian, diskusi dan berbagai cara pendalaman agama yang lain, seperti membaca, mengikuti seminar dan lain sebagainya, yang kesemuanya harus diikuti secara serius dan dilakukan secara terus menerus.
Pendalaman agama seperti inilah, yang bisa membuat diri manusia sadar akan dirinya. Sehingga terbinalah tauhid dan keimanan dalam dirinya, sehingga agama bagi dirinya bukan hanya sebagai pelengkap data, tetapi agama dapat memberi ketenangan, kedamaian, dan kecerdasan sendiri baginya.
Bagi seseorang yang ingin unggul dalam kehidupannya, ia juga harus mempelajari Al-Qur’an, dan juga dalam kesehariannya senantiasa memedomani Al-Qur’an dalam sikap dan prilaku, serta tindakan-tindakannya. Sebagaimana Firman Allah dalam QS.17/al-Isra’ : 82 : “ Dan Kami (Allah) tidak menurunkan al-Qurán kecuali agar dapat menjadi obat (penawar), serta rahmat bagimu … ”
Al-Qur’an sebagai penawar, maksudnya dapat menghilangkan segala bentuk penyakit hati, berupa ragu, nifak, syirik, prilaku yang menyimpang (dosa), dan Al-Qur’an juga dapat menyembuhkan penyakit kemaksiatan dan kebatilan. Sedangkan sebagai rahmat, Al-Qur’an dapat memberikan keimanan dan hikmah bagi para pencarinya, atau mendalami isi dan makna Al-Qur’an. Sebab orang yang menjadikan Al-qurán sebagai pedoman dalam beragama, merupakan kriteria orang yang paling berhasil dalam berbagai bidang.
Disamping menjadikan Al-qurán sebagai pembina hidupanya, seseorang juga perlu membina keseimbangan dalam kehidupan agar dapat membangun daya tahan bagi diri dan keluaraganya. Keseimbangan disini maksudnya adalah antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrowi, kepentingan dunia tidak boleh diabaikan begitupula kepentingan akhirat, keduanya harus sejalan dan inilah yang dinamakan membina keseimbangan dalam kehidupan.
Disamping itu silaturahmi antar sesama keluarga dan rekan sesama profesi, dan dengan anggota masyarakat lainnya, juga perlu dibina, sebab diri kita adalah bagian dari mereka. Kita tidak boleh berdiri sendiri sehingga merasa tidak bertanggung jawab, baik material, moral dan spiritual terdadap keluarga, masyarakat atau perusahaan tempat kita bekerja.
Kiranya upaya pembinaan daya tahan terhadap serangan dan gangguan dalam kehidupan kita, diakhiri dengan banyak-banyak mencari, mengumpulkan segala informasi mengenai agama. Dan Insya Allah, dengan mengumpulkan informasi agama sebanyak mungkin, serta sering mengkomunikasikannya kepada orang lain, akan memberikan daya saring kepada kita terhadap segala macam gangguan dan cobaan hidup.